zmedia

Kembalilah Kepada Allah (Part 1)




Pada hari ini, tahun ini ada berbeda dengan tahun sebelumnya, teringat ketika kita belajar dikelas dan guru menjelaskan, ketika kita berjalan waktu istirahat menuju ke kantin sambil canda dan tawa dengan teman, sehingga lupa makan minum berdiri, bapak ibu guru pun mengingatkan, bahkan kita merasa senang sekali ketika bapak guru mengumumkan melalui sentral sound yang tertuju dikelas kelas dengan mengumumkan bahwa “Besok Belajar dirumah” tapi tidak dengan yang kita alamai saat ini, kita jauh dengan teman, jauh dengan guru, bahkan jauh dengan buku, yang dekat kita hanyalah dengan gadget atau Handphone. Ini lah yang sekarang kita rasakan bersama.

Bahkan kegiatan diluar sekolahpun sama halnya, puasa, sholat tarawih, melaksanakan sholat idul fitri yang tidak biasa kita lakukan, yang bisanya dilaksanakan di masjid masjid besar setelah selesai sholat yaitu dengan berjabat tangan,  tapi tidak di tahun ini, kaum muslimin melaksanakan shalat ‘id di surau, bahkan banyak yang sholat dirumah bersama keluarga kecilnya untuk berikhtiar menanggulangi penyebaran virus covid19 yang merajalela.

Semangat Allahu Akbar, mengajarkan umat Islam bahwa hidup di dunia ini hanya Allah yang Maha Besar  lagi  Maha Kuasa. Janganlah kita merasa lemah dimasa pandemi covid19 ini. Kita harus kuat, kita harus sabar karena kita masih diberi nikmat oleh Allah SWT untuk dapat merasakan kegiatan dan beribadah dengan Allah walaupun degan keterbatasan, laa haula walaquwwata illa billahi, tiada kekuatan selain dengan izin Allah SWT.

Wabah yang saat ini mendunia, yaitu menjangkitnya virus Covid 19 atau corona, merupakan musibah dan keprihatinan kita semua. Puluhan juta korban terdampak virus ini, jutaan lainnya meninggal di seratus lebih negara di dunia.

Yang pertama dan utama kita kemukakan menghadapi musibah besar ini, adalah mengembalikan semuanya kepada Allah SWT, Sang Pencipta Yang Maha segala-galanya. Allah yang telah menciptakan semua makhluk-Nya, baik yang besar maupun yang kecil, Kuat maupun yang lemah, dan yang terlihat maupun tidak kelihatan oleh mata.

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَـٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٌ۬ قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيۡهِ رَٲجِعُونَ

Artinya: “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nya kami akan kembali). (QS Al-Baqarah [2]: 156).

Maka, seyogyanya kita tidak perlu bersedih dan khawatir berlebihan dan berlarut-larut, menyesali nasib lalu berputus asa. Sebab semuanya memang hanya milik Allah. Termasuk wabah corona yang saat ini merebak ke seluruh dunia, merupakan musibah sekaligus ujian dari Allah SWT bagi kita semua, pertanyaan bagi kita, seberapa kuatkah kita menghadapinya? Dan berapa banyakkah dosa yang telah kita lakukan selama ini?

Tentu kita harus bermuhasabah (Instropeksi diri), bahwa segala urusan di muka bumi ini, semua yang berlangsung di atas dunia ini, adalah atas izin dan kehendak Allah SWT. Seperti firman-Nya:

مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Artinya: “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah, dan setiap orang yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”  (QS At-Taghabun : 11).

Bahwa Allah mengetahui, bukan hanya mengetahui, tapi Maha Mengetahui, semua yang ada dan terjadi di daratan dan di tempat-tempat sepi tersembunyi sekalipun, yang mencakup binatang, pepohonan, pasir kerikil, dan debu, termasuk bakteri dan virus. Juga segala hewan yang berada di laut, berupa binatang, tambang, ikan, dan lain-lain.

Tiada sehelai daun pun yang gugur dari pohon darat, laut, kota, desa, dunia dan akhirat kecuali Allah SWT mengetahuinya. Termasuk tidak ada sebutir bijipun yang jatuh dalam kegelapan bumi, Melainkan semuanya tertulis di dalam kitab yang nyata yaitu Lauhful Mahfudz.

Sebagaimana diberitakan bahwa virus corona ini bisa menyerang siapa pun. Tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, muslim, non muslim, orang yang shalat, orang yang tidak shalat. Siapa pun tanpa terkecuali. Hal ini mengingatkan kita akan apa yang ditanyakan Zainab binti Jahsy radliyallahu ‘anhu kepada Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 “Apakah kita akan binasa, padahal di antara kita masih ada orang-orang yang shalih?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Iya, jika dosa dan maksiat sudah banyak dilakukan” (HR Muslim).  

Melalui wabah virus corona, kita diingatkan bahwa dosa, maksiat, dan kemungkaran telah mewabah di lingkungan kita, di masyarakat kita. Melalui virus ini, kita juga ditegur bahwa banyak di antara kita yang acuh tak acuh terhadap kemungkaran yang menjalar di tengah-tengah kita. Kemungkaran, dosa dan maksiat itulah yang mengundang azab Allah kepada kita semua. Kita diingatkan untuk lebih giat lagi dalam beramar makruf dan bernahi mungkar. Tentu amar makruf kita harus dilandasi ilmu sehingga kita dapat beramar makruf dengan cara yang makruf, dengan cara yang baik, dan bernahi mungkar dengan cara yang tidak mungkar.

Keyakinan dan keimanan kita kepada takdir tidak boleh menghentikan ikhtiar kita. Berikhtiar tidaklah menggoyahkan keimanan kita kepada takdir. Karena kita tidak mengetahui apa yang Allah takdirkan pada diri kita kecuali setelah terjadinya. Sebelum sesuatu terjadi, maka tugas kita sebagai manusia adalah melakukan sebab dengan harapan kita akan menghasilkan akibat. Jika kita sudah melakukan sebab tetapi pada akhirnya tidak terjadi akibat, maka pada saat itulah kita baru mengetahui bahwa Allah tidak menakdirkan apa yang kita inginkan dan upayakan. Apa tugas kita selanjutnya? Terus berikhtiar dan berusaha, siapa tahu di waktu yang akan datang Allah mewujudkan dan menakdirkan apa yang kita inginkan. Oleh karena itulah, pada waktu diberitahu bahwa di Syam ada wabah penyakit, Sayyidina Umar bin Khattab radliyallahu ‘anhu yang sudah di tengah perjalanan menuju Syam lantas memutuskan untuk kembali ke Madinah.

Saat ditanya:   أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللهِ؟   Maknanya: “Apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?”  Sayyidina Umar menjawab:   نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللهِ إِلَى قَدَرِ اللهِ   Maknanya: “Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain” (HR al-Bukhari).

Virus corona juga mengingatkan kita akan pentingnya belajar ilmu agama. Karena orang yang tidak berilmu, maka ia tidak akan bisa menyikapi musibah dengan benar sesuai tuntunan Islam. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa menjaga kesucian dan kebersihan sebagaimana mestinya. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa bertawakal dengan benar. Tanpa ilmu, kita tidak akan bisa memetik hikmah, makna dan pelajaran dari setiap kejadian.

Adapun pada diri kita sebagai manusia biasa, bisa jadi musibah, termasuk wabah virus corona, bisa jadi karena ulah tangan manusia. Ulah perilaku berlebihan, tidak menjaga kebersihan, ceroboh, dan sejenisnya.

Allah telah mengingatkan manusia di dalam ayat-Nya:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum [30] : 41).

Kalau di antara kita ada yang mendapat musibah sakit, atau terkena virus corona, semoga segera Allah sembuhkan. Itu semua tidaklah seberapa, karena hanyalah musibah dunia. Justru, musibah yang terbesar dan berbahaya dunia akhirat adalah musibah agama, yakni manakala kita sudah enggan lagi shalat berjamaah di masjid, malas bertadarus Al-Quran dan berat shalat malam, kikir bersedekah di jalan Allah, takut berjuang di jalan Allah, serta jauh dari petunjuk Allah. Na’udzubillaahi min dzalik.

Banyak saudara saudara kita telah mendahului kita, Ingatlah! Allah masih memberikan kesempatan bagi kita, Sekarang instropeksi diri  kita, sudah siapkah diri ini bila Allah menjemput kita sekarang? Bekal apa yang  kita bawa untuk mengahadap Nya?

Berlimpah sungguh nikmat yang kita terima, semua terhampar indah tak satupun cela, tetapi apakah kita ingat itu hanya sementara, namun sungguh manusia saat ini merasa menang, lupa akan kuasa Allah, kufuri nikmat Nya dan sekarang kita merasakan murkanya Allah atas segala kesombongan manusia.

Marilah, dari lubuk hati yang paling dalam, kita KEMBALI KEPADA ALLAH, kita MEMOHON AMPUNAN ALLAH SWT dan KEMBALI KEJALAN YANG BENAR yang diridhoi Allah SWT.

فَفِرُّوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ  إِنِّى لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ مُّبِينٌ

“Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu” (Surat Adz-Dzariyat ayat 50)

Semoga kita dijaukan dari wabah Virus Corona, dan semoga dunia ini kembali pulih dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman, dan semoga termasuk golongan orang-orang yang beriman, dan Allah mudahkan kita kembali/bertobat kepada Allah, dan mendapat ampunan Allah SWT.

اللهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الغَلا وَالوَبَاء وَالرِّبا وَالزِّنا وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ، وَسُوءَ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَما بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلادِ المُسْلِمِينَ، بِرَحْمَتِكَ يَا أِرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Artinya: “Ya Allah! Angkat dari kami penyimpangan, malapetaka, zina, riba, gempa bumi, bencana, dan segala cobaan yang buruk, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dari negeri kami ini khususnya, dan dari semua negeri kaum muslimin, dengan Rahmat-Mu, Duhai Yang Maha Penyayang.”

10 Desember 2020, 05:33

Penulis : Adnan Miftakhur Rosyid, S.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam SMK Negeri 3 Surakarta

Posting Komentar untuk "Kembalilah Kepada Allah (Part 1)"